Membuat sesuatu sering bukanlah pekerjaan mudah, kecuali membuat masalah 🙂 Memanfaatkan sesuatu itu adalah hal mudah, namun sayang banyak yang melewatkan sesuatu yang mudah itu. Kadang orang kebanyakan terlalu nyaman dengan keadaannya saat ini, dan tidak ingin segera mencoba hal baru. Suatu ketika saya masih saja mendapati seorang dosen pengajar kimia organik di suatu perguruan tinggi yang masih membanggakan diri dengan sesuatu yang ia bisa lakukan, tanpa mau mencoba hal baru yang sebenarnya jauh lebih mudah dilakukan dan jauh lebih mudah untuk dipahami para pembelajar yang ia ajar.
MATERI KULIAH KIMIA ORGANIK II SMT IV BAB I. 3 SKS STEREO KIMIA SENYAWA BERGUGUS FUNGSI JAMAK BAB III. KARBOHIDRAT BAB IV. ASAM AMINO, PEPTIDA, DAN PROTEIN LEMAK HIDROKARBON AROMATIK POLISIKLIK 1. Buku Teks Kimia Organik II (Matsjeh, S., et.al., 1996, DIKTI) 2. Fessenden, R.J., and J S Fessenden, 1997, Kimia Erlangga 3.
Tanya mengapa? Zona nyaman terlalu sulit untuk ia tinggalkan 🙂 Selain menggunakan aplikasi khusus kimia (biasanya disebut komputasi kimia) kalau memang bisa akan jauh lebih bagus karena diri sendiri bisa melakukan customize ini itu. Untuk itupun perlu sedikit memeras tenaga untuk memahami, memeras keringat untuk berlatih, mencoba terus menerus hingga diperoleh refleks dalam penggunaannya.
Lalu mengapa tidak memanfaatkan “barang siap saji”. Bahasan kimia organik sering harus ditampilkan secara 3 dimensi. Dosen-dosen “senior” sering memanfaatkan barang nyata untuk menjelaskan apa yang ia ajarkan, so sangat tidak praktis. Andai mereka mau perduli dengan diri sendiri untuk tidak tertinggal dalam pemanfaatkan teknologi semacam internet tentu ia akan mendapat nilai positif, pasti. Yang sering terjadi mereka senang menutup diri, bahkan mengatakan itu hanyalah alat dan tidak mesti memakai itu, what! Hari gini ada dosen kimia organik bilang gitu? Atau mereka tidak tahu caranya?
Dosen kan mewajibkan mahasiswa kudu rajin belajar, mosok dia enggan belajar, belajar akan hal baru. Ok-lah jika saudara jadi dosen kimia organik atau serumpunnya coba manfaatkan, atau saudara mahasiswa kimia organik coba sarankan dosen anda untuk mengeksploitasi web tersebut. Kalau perlu ajari dosen anda untuk menggunakannnya 🙂 (emang ada dosen yang belum bisa?!) Meskipun seorang mahasiswa sudah dianggap bisa mandiri dalam memahami hal abstrak, tapi apa salahnya membuat hal abastrak itu bisa “sedikit” real – nyata. Tentu saja ini tidak bisa dijadikan alasan bagi tenaga pengajar di perguruan tinggi untuk tidak menggunakan sesuatu yang ada di web seperti ChemTube3D ini. ChemTube3D ini kaya akan konten yang berhubungan dengan kimia organik, dan yang menarik adalah tersedianya mekanisme reaksi secara 3D yang selama ini hanya bisa dijelaskan hanya menggunakan papan tulis dan sangat menjemukan. Dengan memanfaatkan web ini dosen-dosen pengajar kimia organik tidak lagi meragukan kalkulasi akan bentuk-bentuk molekul. Semua molekul yang tergambar dengan apik itu sudah melalui proses hitung secara kimia (kimia komputasi).
Jadi tidak ada hal yang perlu diragukan. Kalau pun ada yang menurut pembaca, pengguna lain tentunya sudah memberikan ralat atau perbaikan. Bagusnya lagi deskripsi tentang suatu hal pada tayangan 3D di web ChemTube3D ini diberikan dengan cukup jelas.
Bagi mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah kimia organik, dari web ini sangat-sangat membantu dalam memahami penjelasan dari buku teks yang bersifat statis. Bahkan kadang ada juga dosen kimia organik yang seolah dinamis, namun cara mengajarnya “statis” laksana buku-buku kimia organik yang tebalnya seperti batako itu 🙂 Jika dosen-dosen senior itu tidak mau belajar memanfaatkan web semacam ChemTube3D ini, yakinlah dosen-dosen seperti itu selayaknya kembali jadi mahasiswa lagi, agar mau belajar. П™‚ Oleh karena itu mari bapak-ibu saudara dosen pengampu mata kuliah kimia organik, monggo beralih dari pembelajaran statis ke pembelajaran dinamis. Museumkanlah plastik transparan itu, museumkanlah OHP, editlah slide powerpoint yang seolah-olah sudah IT banget namun nyatanya hanya memindahkan teks statis ke layar proyektor, buatlah mahasiswa yang lebih tertarik dan mudah memahami apa yang akan disampaikan. Simpanlah molymod dengan bola lubang warna hitam, putih, biru, hijau, merah dan kuning serta plastik konektornya. Dunia sudah jaman serba IT. Kapan lagi berubah.
Maaf saya hanya seorang guru setingkat sma, jadi hanya bisa nggurui, sedangkan dosen tidak satupun yang bisa ndoseni 🙂 Peace!!! Salam perubahan. Artikel menarik pak urip. Tetapi molymod yang terkesan ‘usang’ itu masih sangat penting sekali dipakai dikelas terutama untuk menjelaskan mengenai stereochemistry senyawa komples. П™‚ belum lagi fungsinya yang SANGAT krusial dalam penentuan stereokimia senyawa-senyawa yang diteliti (untuk penelitian sih, Bukan kelas) Jadi IT memang harus dimanfaatkan, Tetapi kadang yang usang dan sederhana itu adalah alat terbaik Mirip seperti pipet pasteur + kapas (+fase diam) sering adalah pilihan TERBAIK dalam menyaring/memisahkan suatu komponen dalam jumlah kecil ^^ salam sukses selalu:). Yup, setuju kok saya dengan pendapat panjenangan karena yg saya bahas adalah secara online dengan banyak keterbatasan juga:).
Untuk stereokimia, dengan memanfaatkan software JMol atau sekelas ChemSketch saya kira jauh lebih bisa untuk dioptimalkan, tanpa perlu mengangkat tinggi-tinggi molymod. Apalagi kalau “sekedar” stereokimia untuk penelitian pun, aplikasi seperti yang saya sebut relatif lebih mudah untuk digunakan.
Bahkan dengan aplikasi yang off line lainnya yang lebih mumpuni banyak hal yang “katanya” bisa dijelaskan, dipelajari, diamati dan diandalkan. Senang dapat kunjungan panjenengan 🙂 Wassalam. Balasan yang menarik pak 🙂 ‘sekedar’ stereokimia.? Ehm, 🙂 Wah ‘sekedar’ stereokimia itu yang membuat banyak peneliti yang jungkir balik berbulan bulan hanya untuk 1 chiral center loh 🙂 memang aplikasi 3D menarik dipakai di ruang kelas Perlu dimasyarakatkan pemanfaatan It di kelas ^^ syukurlah anda mengajar di kelas/kota yg sarana prasarana mendukung. Di kampung saya, jangankan lcd, ohp aja satu sma cuma punya 1, dengan listrik yg cuma nyala hari jumat btw sekedar informasi, kelompok peneliti terkenal dr di dunia dalam bidang elusidasi struktur pun, Masih menggunakan ber kotak kotak molymod loh 🙂 dalam bidang natural products (yg bagian dr kimia organik), stereokimia adalah bagian yang disebut ‘science’ Core nya. Tetapi bagian yg paling penting itu justru gak bisa pakai pemodelan komputer dan harus memakai molymod.
Kalo molymod sudah menghasilkan jawaban, baru nanti dituangkan di pemodelan 3D. Salam sukses pak 🙂. Salam Mas,saya ikuti blok anda cukup menarik, sebagai guru kimia SMA mungkin pengetahuan anda di atas rata-rata, walaupun dalam beberapa persoalan kimia yang lebih tinggi (maksudnya universitas) saya harus “tersenyum”, karena beberapa konsep kimia fisik, organik, analitik, anorganik dan biokimia, pengetahuan anda baru “setor wajah”. Meskipun anda mengetahui beberapa hal kecil dalam komputasi kimia bukan berarti mengeneralisir komputasi kimia sebagai pengetahuan tingkat “dewa” adalah hal yang sangat salah. Kadangkala sedikit pengetahuan yang dimiliki bisa membuat seseorang “ujub” dan sombong, dan orang sombong biasanya lupa dengan asal usulnya. Bagaimanapun pintarnya anda (menurut anda) sekarang adalah hasil dari didikan “dosen senior” yang (menurut anda) “gaptek” itu. Jadi sadar dirilah!, anda adalah seorang guru, dosen juga seorang guru, menjaga perasaan dosen menjadikan ilmu yang anda serap menjadi berkah mas, kurang setuju dengan metoda dosen bukan berarti metoda yang dia berikan salah atau patut untuk dihina, boleh jadi pengetahuan anda yang masih mentah itu yang salah sementara pengetahuan dosen senior yang telah teruji puluhan tahun itu yang benar!cerita anda ini mengingatkan saya dengan nostalgia dua orang dosen saya di Ludwig Maximillian University of Munich tahun 2007 yang bernama Prof.
![Kimia organik pdf Kimia organik pdf](https://s.kaskus.id/images/2014/09/21/5678904_20140921100937.jpg)
Ebert Hubert dan Prof. Ebert mengajar Kimia Kuantum dan Spektroskopi Molekul (perkuliahan ini merupakan ilmu dasar dalam komputasi kimia modern yang anda bangga-banggakan itu). Untuk anda tahu Prof. Ebert ini memberikan kuliah hanya dengan kapur dan papan tulis (yang di Indonesia telah ditinggalkan dan diganti whiteboard dan spidol), bahkan menggunakan kalkulator pun beliau ogah (logaritma dan perkalian dilakukan dalam kepala dengan kecepatan yang tidak kalah dengan kalkulator), tidak pernah memakai laptop dan infocus meskipun tersedia di dalam ruangan.
Media termewah yang dipakai oleh Prof. Ebert adalah OHP yang anda pojokkan dalam tulisan anda di atas. Halo bu/pak dosen dari LMU. Sabar pak/bu, hahahaa Jangan sarkastik ah karna maksudnya pak urip baik hanya mungkin penyampaiannya agak sedikit unik karna waktu saya baca pertama kali juga agak bagaimana begitu 🙂 Intinya kita semua terima saja bahwa ada plus minus masing masing metode Yg pasti saya pribadi sih lebih suka diajarin oleh prof saya memakai jari jari, penggaris, batang spidol ketika beliau menjelaskan mengenai struktur molekul organik yg ngejelimet dan stereokimia (kebetulan bidang yg saya pelajari elusidasi struktur, yg adalah bagian kimia organik). Untuk sekedar pengenalan struktur atau 3D sederhana dgn model tetrahedron metana, mungkin memang mudah pakai komputer (dan menarik?) atau reaksi reaksi substitusi sederhana level sma atau kimia organik dasar universitas. Tapi spidol dan penggaris menurut saya pribadi lebh praktis dan mudah dimengerti untuk tingkat advance. Entahlah Mungkin tergantung masing2 org juga Salam 🙂.